Di Indonesia, kabarnya, masuknya kaos dibawa oleh orang-orang Belanda. Namun ketika itu perkembangannya tidak begitu pesat seperti sekarang ini, sebab pada saat itu kaos mempunyai nilai yang tinggi, dan di Indonesia teknologi pemintalan benang untuk membuat kain untuk bahan kaos belum maju. Akibatnya kaos termasuk barang mahal.
Namun demikian, kaos baru menampakkan perkembangan yang signifikan hingga merambah ke segenap pelosok daerah sekitar awal tahun 1970 an. Ketika itu wujudnya masih konvensional. Berwana putih, bahan cotton, dan hanya kaum pria yang banyak pemakainya. Beberapa merek yang terkenal waktu itu adalah Swan dan 77. Dan tren kaos oblong tersebut sempat disunting oleh Kartunis GM Sudarta melalui tokoh Om Pasikom dan keponakannya dengan judul “Generasi Kaos Oblong” (Harian Kompas, 14 Januari 1978).
Namun demikian, kaos baru menampakkan perkembangan yang signifikan hingga merambah ke segenap pelosok daerah sekitar awal tahun 1970 an. Ketika itu wujudnya masih konvensional. Berwana putih, bahan cotton, dan hanya kaum pria yang banyak pemakainya. Beberapa merek yang terkenal waktu itu adalah Swan dan 77. Dan tren kaos oblong tersebut sempat disunting oleh Kartunis GM Sudarta melalui tokoh Om Pasikom dan keponakannya dengan judul “Generasi Kaos Oblong” (Harian Kompas, 14 Januari 1978).